Berenang
mengarungi butiran pasir, menuju tanah yang basah karena hujan.
Berjuang
menerpa bebatuan alam, tak berkulit besi.
Menahan
lepuhan panas minyak bumi,dan aku berhasil berada di inti dari segalanya.
Kemudian
aku diserang oleh lelehan lava yang mulai kembali masuk dalam gunung.
Aku
bertahan ..
Bertahan
..
Bertahan
..
Menyelamatkan
diri .
Angin yang kurasa semakin
kencang, semakin aku berusaha menerima. Merobek kulit perlahan. Sakit dan
mematikan secara perlahan. Seakan ada tiang listrik yang menghantam dadaku. Keras
hingga menembus dadaku, berlumuran darah, kental dan beku. Tak ada orang yang
sebodoh aku, keluar dengan cuaca bersalju seperti ini. Karena demi seorang
sahabat aku melakukannya.
10 menit yang lalu, sherly
menghubungiku melalui pesan suara, karena aku sedang memasak kalkun untuk acara
nanti malam bersama keluargaku, dan aku tak sempat mengangkat telepon darinya. Aku
bergegas menuju tempatnya, sempat dia berbiacara dengan berbisik “Cath, ada seseorang diluar dari tadi pagi. Mengawasi
rumahku dan berputar-putar sekitar kompleks selama 5kali. Aku takut dia yang
menerorku selama ini. tolong cepat kesini cath!”
Setelah sampai rumah Sherly aku langsung menuju pintu belakang,
aku memutar ganggang pintu. Gelap, seluruh rumah gelap. Aku menuju kamar Sherly,
tapi tak ada. Kemudian aku menuju ruang tamu, dan aku terdiam. Saat mata
menatapnya, seakan nanah perlahan muncul disusul kucuran darah yang perlahan
menembus kulit putih mulus dan halus. Dengan bibir gemetar, keringat dingin
perlahan keluar melewati alis tebalku. Hanya kesunyian dan desus angin yang
menemani ragaku. Melihat seluruh bagian akhir tersembunyi pada tubuh yang
tergantung lemas tersayat dengan kejam. Mata yang lepas pada bagiannya,
terjatuh di ujung dekat kaki yang menggantung terkulai lemas. Genangan darah
seakan membanjiri lantai ruang tamu, suara lantai berdecit seakan tak sabar
menerbangkannya saat diterpa angin. Aku memandangnya terpaku, disini sendirian.
Sendiri dengan teman baikku yang tak bernyawa.
Seluruh bagian tubuhku gemetar, tak bisa menahan berat badanku
yang mungil ini. sudah lebih dari 5 menit aku menatapnya, aku menangis dan
terkulai lemas. Tak bisa mulutku terbuka untuk berteriak dan menjerit seperti
saat jariku terjepit pintu lemari kamarku. Rasa ingin muntahdan mual saat aku
kembali melihat genangan darah yang ada di depanku. Kuatkan aku tuhan!
Kuatkan !
Kuatkan !
Kuatkan !
Mencoba berdiri, sedikit terhuyung karena rasa mualku dan pusing.
Berlari menuju pintu belakang dan kelapaku membentur pintu setelah aku
tersandung keranjang cucian. Sangat sakit, tapi ini bukan saatnya aku
memikirkan kepala dan kakiku yang sakit ini. ada yang harus aku lakukan lagi,
menyelamatkan raga Sherly yang tergantung disana. Membayangkannya dengan
kekuatan terakhir, aku mengerahkan tenagaku berlari mencari bantuan, mungkin
aku akan gila setelah ini. Kehilangan teman terbaikku! Aku kecewa! Aku yakin
Sherly dibunuh. Tapi siapa yang tega membunuhnya dengan cara seperti itu? Dana ku
tak akan pernah memaafkan orang yang tega berbuat ini kepada sahabatku. Aku akan
membalasnya! Aku akan mencarinya!
@aisyaahandayani