Sabtu, 02 Maret 2013

Sahabatku, Darah ini Untukmu !



Berenang mengarungi butiran pasir, menuju tanah yang basah karena hujan.
Berjuang menerpa bebatuan alam, tak berkulit besi.
Menahan lepuhan panas minyak bumi,dan aku berhasil berada di inti dari segalanya.
Kemudian aku diserang oleh lelehan lava yang mulai kembali masuk dalam gunung.
Aku bertahan ..
Bertahan ..
Bertahan ..
Menyelamatkan diri .

          Angin yang kurasa semakin kencang, semakin aku berusaha menerima. Merobek kulit perlahan. Sakit dan mematikan secara perlahan. Seakan ada tiang listrik yang menghantam dadaku. Keras hingga menembus dadaku, berlumuran darah, kental dan beku. Tak ada orang yang sebodoh aku, keluar dengan cuaca bersalju seperti ini. Karena demi seorang sahabat aku melakukannya.
    10 menit yang lalu, sherly menghubungiku melalui pesan suara, karena aku sedang memasak kalkun untuk acara nanti malam bersama keluargaku, dan aku tak sempat mengangkat telepon darinya. Aku bergegas menuju tempatnya, sempat dia berbiacara dengan berbisik Cath, ada seseorang diluar dari tadi pagi. Mengawasi rumahku dan berputar-putar sekitar kompleks selama 5kali. Aku takut dia yang menerorku selama ini. tolong cepat kesini cath!”
          Setelah sampai rumah Sherly aku langsung menuju pintu belakang, aku memutar ganggang pintu. Gelap, seluruh rumah gelap. Aku menuju kamar Sherly, tapi tak ada. Kemudian aku menuju ruang tamu, dan aku terdiam. Saat mata menatapnya, seakan nanah perlahan muncul disusul kucuran darah yang perlahan menembus kulit putih mulus dan halus. Dengan bibir gemetar, keringat dingin perlahan keluar melewati alis tebalku. Hanya kesunyian dan desus angin yang menemani ragaku. Melihat seluruh bagian akhir tersembunyi pada tubuh yang tergantung lemas tersayat dengan kejam. Mata yang lepas pada bagiannya, terjatuh di ujung dekat kaki yang menggantung terkulai lemas. Genangan darah seakan membanjiri lantai ruang tamu, suara lantai berdecit seakan tak sabar menerbangkannya saat diterpa angin. Aku memandangnya terpaku, disini sendirian. Sendiri dengan teman baikku yang tak bernyawa.
    Seluruh bagian tubuhku gemetar, tak bisa menahan berat badanku yang mungil ini. sudah lebih dari 5 menit aku menatapnya, aku menangis dan terkulai lemas. Tak bisa mulutku terbuka untuk berteriak dan menjerit seperti saat jariku terjepit pintu lemari kamarku. Rasa ingin muntahdan mual saat aku kembali melihat genangan darah yang ada di depanku. Kuatkan aku tuhan!
Kuatkan !
Kuatkan !
Kuatkan !
    Mencoba berdiri, sedikit terhuyung karena rasa mualku dan pusing. Berlari menuju pintu belakang dan kelapaku membentur pintu setelah aku tersandung keranjang cucian. Sangat sakit, tapi ini bukan saatnya aku memikirkan kepala dan kakiku yang sakit ini. ada yang harus aku lakukan lagi, menyelamatkan raga Sherly yang tergantung disana. Membayangkannya dengan kekuatan terakhir, aku mengerahkan tenagaku berlari mencari bantuan, mungkin aku akan gila setelah ini. Kehilangan teman terbaikku! Aku kecewa! Aku yakin Sherly dibunuh. Tapi siapa yang tega membunuhnya dengan cara seperti itu? Dana ku tak akan pernah memaafkan orang yang tega berbuat ini kepada sahabatku. Aku akan membalasnya! Aku akan mencarinya!

@aisyaahandayani