Air ini sangat membuatku jengkel. Menghalangi jalanku saat bel pulang sekolah. Terpaksa harus berteduh dihalte kotor ini. Sesaat merasa aku risih ditempat itu,aku melihat sesosok lelaki tampan dan gagah duduk disampingku dengan keadaan basah kuyub dan nafas tersengal-sengal mencoba menenangkan nafas itu. Ada dorongan dalam hati “icha,kasih saputangan ini buat dia”. Aku mencoba memberanikan diri memberi saputangan ini kepadanya. Cowok ganteng itu tersenyum dan menerimanya. Setelah lama terdiam sesaat,aku mencoba memulai pembicaraan dengan berkenalan. Yang aku ketahui saat ini cowok itu bernama Akbar. Dan bersekolah sama denganku,hanya saja dia anak baru.
Well..
seneng banget rasanya bisa berkenalan dengannya,bisa juga di bilang jatuh cinta
pada pandangan pertama. Aku nggak pernah menyangka bisa berkenalan dengan cowok
idamanku,dia masuk kreteria cowok yang banyak di sukai semua perempuan.
Ternyata hujan yang menahan dia disini untukku,dan aku sangat bersyukur.
Dan
hari demi hari aku semakin dekat dengannya,banyak kejadian lucu yang aku alami
dengannya. Mulai dari ngejahilin guru,isengin cewek-cewek yang ganjen. Bagiku
ini hal terindah pertamakali yang aku lakukan bersama cinta pada pandangan
pertama. Kemanapun kita selalu sama-sama.
Hingga
suatu sore kita jalan-jalan bersama,ketaman yang sangat indah. Taman dimana
kita berdua bercanda dan bercerita. Dan suatu kebetulan pada saat itu hujan
mulai rintik turun,aku dan Akbar berteduh ditempat yang hampir mirip stand
makan. Tempatnya berantakan,tapi paling tidak bisa di gunakan untuk berteduh
sejenak. Disana aku melihat suatu kotak mainan anak-anak. Aku menghampiri kotak
itu di susul oleh Akbar,ini kotak musik. Masih berfungsi musiknya,cuma sedikit
kotor dan usang. akbar mengagetkanku dengan seruan mendadak saat aku sedang
memperhatikan kotak itu “aha! Bagaimana kalau kotak ini
kita paki sebagai alat kejujuran?”.
Dalam
hati aku berpikir ‘boleh juga,dengan ini aku bisa
tahu Akbar memiliki rasa apa tidak kepadaku’. Dengan singkat aku menjawab “oke”.
Sekian
hari berlalu selalu waktu luang yang ada kita gunakan bermain KOTAK KEJUJURAN.
Ingin tertawa rasanya kalau nanti aku bartanya yang aneh-aneh kepada Akbar.
Dan
mungkin aku harus banyak menyiapkan daftar apa saja yang harus dia ungkapkan dengan
jujur didepanku tentunya. Ada kisah isengnya si Akbar bertanya “apa kamu pernah ngompol minggu ini?”. Ohh..
god !! apa aku harus menjawabnya dengan jujur. Dan mengapa dia tanyakan ini
kepadaku,mengapa dia mengetahui kalau aku tadi malam bermimpi buruk dan mungkin
sedikit ngompol.. yaa,mau tidak mau aku harus berkata jujur “iya,bar ! tapi kok kamu tahu kalau aku ngompol hari ini?” dengan santainya akbar menjawab dengan berbisik “iya,pasti kamu hari ini lupa mandi dan bau ini adalah bau khas dari
dirimu” kata akbar sambil terkekeh. Aku berpikir,dan
mencerna semua perkataan Akbar dan .. ohh my godd!! Aku lupa mandi karena
kesiangan,dengan spontan aku berlali menuju toilet langsung mengeluarkan parfum
dan menyemprotkannya ke seluruh badan. Semoga Akbar tidak menyebarkan kepada
teman-temannya.
Ternyata
akbar bisa di percaya,dia menjaga rahasia kejujuranku. Hampir saja aku merasa
akan copot semua jantungku dari tempatnya. Dan aku merasa tenang saat ini,walau
masih malu melihat Akbar yang cekikikan. Dan hari ini aku menghindar darinya
dikarenakan aku malu belum mandi,ingin menangis rasanya tapi aku memaklumi itu.
Hari
selanjutnya berjalan seperti biasa,tampaknya akbar tahu bahwa aku sedikit marah
kepadanya,dan dia mencoba menghiburku dengan lelucon yang dia buat,aku tak
habis pikir bisa saja akbar membuat aku tertawa saat aku sedang marah
kepadanya. Mungkin dia tidak suka kalau aku cemberut didepannya. Akhirnya aku
sedikit berfikir apakah Akbar juga mencintaiku? Aku tak bisa mengetahui kalau
aku tidak menanyakan dan mengungkapkan isi hatiku sebenarnya. Tentang apa yang
aku rasa dan tentang semua cintaku pada waktu itu.
Senja
mewarnai lagit diluar kaca rumahku,menanti Akbar datang dan saat itu juga aku
bisa lega mengatakan semua yang telah lama ku pendam. Ketika bel rumah
berbunyi,aku segera berlari menuju pintu dan segera menyambut Akbar yang tampak
rapi hari ini. Ya menurutku ini tidak seperti hari biasanya dia bermain
kerumahku. Dengan kemeja putih,dan celana jins pensil rapi,kelihatan sedikit
ganteng. Tapi aku melihatnya sempat kaget,dan aku suka Akbar yang hari ini.
Akbar
langsung menggandeng tanganku menuju ruang tengah. Dia duduk disampingku
menggenggam tanganku dan matanya menatapku dengan penuh rasa sejuta pertanyaan
ada dalam pikiranku dan siap aku lanturkan dengan sebuah tertawaan yang
terpingkal-pingkal melihat Akbar detik ini. Sebelum aku mengeluarkan
kata-kataku,Akbar meletakkan jari telunjuknya di depan bibirku mengisyaratkan
bahwa aku harus diam. Akbar membuka kotak kejujuran dan berkata “cha,kamu tahu apa yang aku akan lakukan dan aku katakan saat ini?” aku hanya menggelengkan kepala,bahkan aku berharap hari ini Akbar
menyatakan perasaan kepadaku. Akbar menjawab “aku suka
sama cewek cha,aku mau ketemu sama seorang cewek hari ini,aku gugup cha.”
Aku
hanya tertegun diam,tak percaya. Ternyata smua bukan aku. Pupus semua
harapanku,sakit ini tak bisa aku luapkan. Aku tak bisa berkata lagi,aku kecewa
mendengar semua,aku kira ini semua hanya untukku,hanya buat aku. Ternyata
salah. Aku meminta Akbar cepat menemuinya dan segera pergi,Akbar sempat kecewa
karena aku terlihat lesu dan tidak mengharapkan kehadirannya disini. Aku hanya
bilang kalau aku sedang tidak enak badan saat Akbar menanyakan mengapa aku
berubah.
Hari
selanjutnya aku melewati hari tidak bersama Akbar,bukan karena dia memiliki
pacar,karena aku sudah patah hati dengannya. Mungkin hari ini adalah awal lagi
sebelum hujan itu,dan aku menyesal hari itu hujan dan bertemu Akbar,mungkin ini
adalah cinta dalam hati,sedalam-dalamnya hati ini terluka karenanya. Setiap
hari hanya lagu sedih yang aku dengar,selalu menangis sendiri,selalu
sedih,entah mengapa rasa sakit ini sangat mendalam.
Selesai
aku membeli makanan dan minuman dari kantin,aku duduk dalam kelas akan membaca
buku pelajaran,begitu aku membuka tas,ada benda terbungkus kertas kado bermotif
kura-kura. Melihat gambar itu aku teringat Akbar,karena kami berdua sama-sama
menyukai kura-kura. Ah.. bagiku itu adalah masalalu,dan lupakanlah. Aku membuka
perlahan,aku lihat isinya. Waww.. switer bergambar kura-kura. Aku tertawa
senang,tapi siapa yang memberikan aku hadiah seperti ini?
Aku
baca surat yang ada dibawah switer itu, hanya ada kata KEJUJURAN. Apa maksud
hal ini. Apakah mungkin salah orang. Biarlah,batinku. Kalaupun orang yang
memberiku ini jelas aku akan berterimakasih.
Lamban-laun
sudah 1bulan aku tak pernah lagi bersama Akbar,mungkin dia sudah bahagia dengan
wanita yang dia temui saat itu. Tapi aku perhatikan dia terlihat lesu,bukan
saat ini saja. Kalau tidak salah sejak dia tak pernah bersamaku,atau dia sedang
ada masalah dengan pacarny,aku tidak pernah mengetahui itu. Bel berbunyi tanda
jam pulang sudah tiba,aku cepat-cepat membereskan semua buku dan segera aku
masukkan kedalam tas,karena diluar jendela sudah terlihat mendung gelap tanda
akan ada hujan lebat sore ini,dan aku ingin sampai rumah sebelum hujan turun.
Begitu digerbang sekolah hujan sudah rintik turun membasahi rambutku,aku segera
mengenakan switer kesukaanku dan berlari menuju halte agar cepat mendapat
busway. Busway pertama terlewati karena penuh,kedua dan ketiga,hingga keempat.
Aku jengkel mengapa saat ini aku sedang sial tidak mendapat busway!
Seragam
yang basah kuyub,dan badan yang menggigil. Oh.. tidak ada Akbar,apakah aku
harus mengenang semua kejadian dihalte ini,ingin aku berlari menjauh,tapi ini
hujan lebat. Tak mungkin aku seperti itu. Berpikir cha!!
Terlambat!!
Akbar mendekati aku,aku harus bagaimana?
“hai cha? Gimana kabar kamu?
Kenapa kamu jauhin aku? Ada apa dengan kamu yang sekarang?” aku menjawab “aku baik-baik saja,bagaimana
kamu dengan pacarmu?” Aku berusaha menjawab
sesingkat mungkin.
Tangan
Akbar yang dingin menjamah tanganku memandangku “cha,sebenarnya
cewek yang aku cinta itu kamu,cewek yang aku temui itu membantuku memilih
hadiah apa yang cocok untuk kamu,saat aku menyatakan perasaanku untukmu cha.
Dia memilih switer yang kamu kenakan ini. Wanita yang aku cintai pada pandangan
pertama adalah kamu cha.”
Berlinang
air mataku,mendengar semua itu. Aku terharu dengan semua ini,ternyata semua
hanya untuk aku. Bukan orang lain. Aku memeluk Akbar aku menangis didalam
pelukan Akbar dan hujan kali ini membuat aku bahagia. Tak pernah aku menyesali
pertemuan pertama itu.
Aisya Handayani
@aisyaahandayani